Pages

20220513

Terima kasih

Terimakasih,


sudah menjadi rapi

untuk aku yang berarakan.

sudah menjadi sabar

untuk aku yang tak mengenal 'nanti-bentar ya'.


terimakasih untuk,

ini sarapannya,

ini teh panasnya,

nanti mau dimasakin apa,

ini boleh dicuci nggak ?


terimakasih untuk,

nanti pulang jam berapa ?

lukanya diobatin dulu,

nanti aku beliin obatnya lagi,

sini ditutup plaster dulu.


terimakasih untuk,

kaos nya boleh dicuci gak,

kasurnya aku beresin dulu,

aku sapu dulu ya,

bentar, aku semprot anti nyamuk dulu.


terimakasih untuk,

piringnya bawa sini aku cuci sekalian,

aku panasin dulu sayurnya,

aku masakin air panas ya buat mandi.


terimakasih untuk,

uangnya udah aku masukin bank,

ini aku dah terima dari gojeknya,

mau dibawa nggak 'peyek'nya.


terimakasih untuk,

bajunya udah aku setrika,

handuknya aku udah ada dikamar mandi,

maskernya ini ganti.


dan banyak hal yang menjadi rutinitas baru.

setelah menikah tentunya. menjadi hal-hal

yang mengejutkan lagi. menjadi pola-pola

terstruktur setiap harinya.


satu hal yang pasti, komitmen. yang harus

ambil keputusan berdua. nggak bisa lagi

semauku maupun mu.


menjadi semangat, menjadi lebih berfikir,

menjadi lebih memotivasi diri untuk keluarga.

menjadi lebih baik tentunya. tentang perut

yang akan selalu lapar, tentang token listrik

yang sebaiknya jangan telat. tentang pewangi

badan yang pakenya dikit dikit aja.


terimakasih sekali lagi, belum tentu aku se'mampu' ini.

ketika aku dengan orang lain.


bukan doa, bukan pujian.

ini adalah ungkapan pencapain seorang laki-laki

yang sebegitunya 'sendiri'

untuk orang yang disayangnya. pasti.


selamat ulang tahun istri,

doa yang baik menyertaimu.



Jogja, 13 Mei 2022

ditulis dengan seadanya.

20201009

Persimpangan Hidup

 Ada tahun tahun dimana memang makan bukanlah hal yang bisa kau rasakan setiap harinya. ada dimana tempat berteduh bukanlah gedung mewah berlantai kaca. bahkan mungkin sebaliknya. gubuk reyot yang kau sangga dengan rasa sabar. separah itu faktanya. saat gula atau garam memang sah beradu dengan nasi. sebelum semuanya kau nikmati. pedih, bukan kalimat yang kau kenal dalam hidup.

Kehidupan terlalu sempit untuk dinikmati dengan kesedihan dan terlalu jumawa jika dinikmati dengan hura-hura. sepantasnya memang kau hidupi. bagaimanapun hasil akhirnya.


Sebaik apapun kau sekarang, akan ada bayangan hitam dimasa lalu. akan ada noda noda getir yang pernah kau makan. akan banyak benang kusut yang sejatinya memang tak untuk diurai. buih buih bahagia yang seperlunya kau kepul-kan.


Ada sejatinya waktu yang akan menjawab semua tanyamu. yang akan membersihkan semua tawamu. yang senantiasa mengeja setiap mantap pijak kakimu. hari dimana apa yang menjadi nyatamu akan kau raih. pernyataan-pernyataan sorai riangmu.


Memang tak mudah nyala apinya, memang sulit kau dengar derunya. namun yang pasti kau ketahui. pijar itu semakin nyata diakhir hisap dukamu. menemui titik terang, terang yang memang tak sebegitunya. cukup, cukup berarti hanya untukmu saja. karena memang untuk yang lain, itu sangat biasa. tanpa arti.


Tapi memang, hidup bukan waktu dimana kamu akan berlari. pun juga bukan dimana engkau akan berjalan beriringan. hidup adalah harapan yang kau semai, entah dimanapun empunya. hidup adalah tentang bagaimana kau merayakan setiap kecil titik temunya. potongan-potongannya. remah-remahnya.


Sampai, dimana ada titik. tempat kau bercerita semuanya sebelum ini. sebelum kau sekuat tenaga mengingat masa kelam itu. titik sampai dimana kau terus berjuang menghidupinya. sekali lagi. ini titik terangnya.


Dan kemudian ada konflik-konflik baru. ada runtutan-runtutan cerita baru. ini belum akhir, nafas barumu baru saja kau cerca. selamat. selamat datang. didunia yang seharusnya tak kau percaya sebelumnya. yang semakin kau khianati semakin menjadi-jadi. yang semakin kau benci namun semakin berarti.


Dalam hitungan, kau mungkin ada diseperempat arah jarum jam berputar. bukan lagi cahaya bukan pula bayangan. kau adalah sisi gelapnya terang itu. menikmati. menghakimi. mencaci lalu menjilat kembali peluhnya. tanpa ampun.


Menemukan dimana kau merebahkan letihmu. menghayutkan semua kalutmu. menerpa semua buai ayunan zaman. menghangatkan sebagian tubuh telanjangmu. bertemu, menyatu lalu beradu. kasihmu. makhluk lain yang mulai berupaya menyentuhmu. tak semata-mata hanya berteduh. sempatkan untuk memberi arti. kau percayai sampai nantinya kau bawa pergi.


Hari dimana memang tak ada lagi sendu. tak berkecukupan lagi tetesan sedihmu. berlipat-lipat kerut bahagia diwajahmu. sebisa apapun itu, pesanku. bahagia selalu, tanpa ampun. tanpa kadaluwarsa. selalu.


Adee Nugraha

Okt 09, 2020

(ditulis, dengan penuh kasih)




x

20160319

Untuk Semua Harapan Dimasa Depan | Binar Senja dan Rinai Rindu

Teruntuk maha, Binar Senja, Rinai Rindu dan semua harapan dimasa depan. Sepenuhnya lagi; mas Farid Stevy Asta. Dimasa engkau terlahir, hal-hal ini terjadi...

Kau lahir kira-kira di masa di mana di sana hal-hal yang akan aku tuliskan terjadi. Tidak berarti apa-apa, hanya saja aku yakin, saat kau besar nanti, kau akan hidup di dunia yang sudah pasti berbeda dengan apa yang aku hidupi saat ini, dunia yang sejatinya gelap walau matahariku dan mataharimu adalah matahari yang sama terangnya, dunia yang terasa tidak lagi romantis walau bulanku dan bulanmu adalah bulan yang sama syahdunya, dan dunia yang sebegitu anehnya, walau alam semestaku dan alam semestamu adalah alam semesta yang sama. Hal demi hal ini ku alami, ku hidupi, ku menjadi bagiannya, tapi sesekali aku tertawai.

Di masa kau terlahir, orang-orang seakan berlari terburu-buru ke arah yang sama, tapi bertabrak-tabrakan, saling menginjak dan tidak menghiraukan. Arah yang di lambang mata angin tidak tertera. Arah yang di warisan-warisan kebajikan tidak tertera. Arah yang ternyata tidak ada yang tau itu dimana. Maka di masa kau terlahir, adalah masa maha chaos.

Di masa kau terlahir, orang-orang mempercayai Tuhan pencipta alam semesta sebagai mitos. Yang membuat orang-orang menghentikan mesin-mesinnya, turun dari pelananya, tertegun, tersenyum dan bahkan menangis saat ceritannya di dongengkan. Lalu saat dongengnya usai, mereka mulai lapar, lalu mereka menyalakan mesin-mesin itu lagi meloncat lagi ke pelananya, lalu berputar gila dan menggerus rakus lagi. Maka di masa kau terlahir, adalah masa maha tak tau malu.

Di masa kau terlahir, orang-orang tidak bertegur sapa seperti manusia. Setiap orang mempunyai wakil berupa angka atau kode yang dengannya setiap orang bisa menjadi siapa saja yang bukan dirinya, dan bertemu dengan siapa saja yang sebenarnya tidak ada. Wakil bertemu wakil, kode bertemu kode. Daging bertemu daging tidak lagi penting, hati bertemu hati tidak lagi sejati. Maka di masa kau terlahir, adalah masa maha palsu.

Di masa kau terlahir, orang-orang berlomba menuju masa depan yang cerah. Perlombaan ini sampai pada puncak prosesinya. Setiap orang seakan berhak menggengam dunia yang sangat luas tak berbatas ini dengan telapak tangan dan ujung-ujung jarinya. Sebegitu hebatnya sampai membuat orang-orang kegirangan dan heran, lupa berkedip, lupa menoleh, lalu tidak sadar bahwa mereka hanya melihat satu titik kecil dan melupakan sisa luasnya semesta. Maka di masa kau terlahir, adalah masa maha sempit.

Di masa kau terlahir, orang-orang hidup di bawah matahari yang bersinar sempurna, sesempurna mataharimu sekarang, menerangi setiap jimpit ruang yang kita jejaki. Tapi tetap saja orang-orang menyampar dan menendang apa-apa yang mereka temui. Sepertinya sengaja sekali orang-orang ini memejamkan mata dan tidak mau terkaruniai dengan melihat lalu menghargai. Maka di masa kau terlahir, adalah masa maha gelap.

Di masa kau terlahir, orang-orang dengan hidup sempurna tercontoh rapi di kotak dengan ukuran diagonal dalam inci, bercahaya dan bersuara. Menangkap dan menyiarkan pesan-pesan yang beragam rupa dan cara, yang pada akhirnya tersimpulkan: beli, beli, beli dan beli. Jika tidak mampu mengikutinya, maka terlemparlah kita di intipnya kasta, yang berarti hina. Maka di masa kau terlahir, adalah masa maha beli.

Di masa kau terlahir, orang-orang bersepakat bahwa ajaran terpopuler adalah membenci. Ajaran ternorak adalah mencintai. Batu, parang dan peluru adalah jajanan laris manis. Cium dan peluk adalah jualan yang tidak pernah laku lagi. Semakin kau membenci, semakin kau diakui. Semakin kau mencintai, semakin kau dijauhi. Di masa kau terlahir, adalah masa maha benci.

Di masa kau terlahir, orang-orang tersediakan jalan dan jembatan dibangun panjang bercabang-cabang, halus dan kokoh. Siap menghantarkan setiap orang kemana saja. Tapi ada satu jalan yang sangat diminati, berjubellah orang-orang disitu. Adalah jalan pintas. Karena setapak demi setapak adalah buang waktu bukan lagi proses, karena belokan dan tanjakan adalah kebingungan yang memutusasakan bukan lagi tantangan, bagi orang-orang yang tidak mampu berfikir panjang. Maka di masa kau terlahir, adalah masa maha pendek.

Di masa kau terlahir, orang-orang berparas murung, tapi berucap ‘aku gembira’. Di masa kau terlahir, menjadi bahagia sebegitu rumitnya. Di masa kau terlahir, aku tertawa-tawa atas apa yang aku lihat. Aku berjalan berlawanan arah, menantang arah orang-orang ini. Di persimpangan besar nan ramai yang selalu aku temui setiap beberapa meter langkah kaki ini, aku bersenggolan dengan orang-orang ini, kadang berjabat tangan, bahkan berpelukan dengan meraka. Sesekali melihat orang lain yang adalah ternyata adalah aku sendiri, berada di kerumunan itu.

Jangan lepaskan gandeng tangan bapak dan ibu, pilihlah jalanan yang sepi seperti apa yang bapak dan ibu juga pernah pilihkan untuk beliau berdua sendiri. Sepi membuatmu punya ruang dan waktu yang lebih untuk dirimu sendiri lalu menjadi. Menjadi tidak seperti orang-orang di kerumunan tadi. Tidak juga sepertiku.


*tertanda : kedai buku Jenny (Makasar), bapak dan ibu maha, buku 'maha tanpa huruf kapital' dan alunan lagu 'hal hal ini terjadi'nya FSTVLST, mas nganu; Farid Stevy Asta. matur nuwun, suksma, nuhun.